Minggu, 01 November 2015
Tugas Politik " Kelompok"
Nama Kelompok :
1. Fathur Rouf M (201410310311102)
2. Eviyana Utami (201410310311108)
3. Nuraesha Indri H. (201410310311104)
4. Ilham Setiyaji Galih (201410310311063)
5. Makhrus Ali Musthofa (201410310311087)
Strategi Dalam Memenangkan Pemilu
Dalam pemilihan umum khususnya pemilihan kepala daerah atau Pilkada tidak terlepas dengan yang namanya strategi-strategi dalam memenangkan pemilu untuk mendapatkan suara, yang mana orientasi akhirnya adalah menang dan bisa menduduki sebuah jabatan yang diinginkan semisal, kedudukan menjadi Kepala Desa (Kades). Strategi dalam pemilu semisal money politic, serangan fajar (black campaign), persuasive dengan menebar janji, melibatkan media seperti baliho, dan berbaur dengan masyarakat atau lebih mudah dikenal dengan blusukan. Hal itulah yang sering dipakai strategi dalam pemilu dan itu bukan menjadi rahasia masyarakat umum.
Namun kebanyakan masyarakat berperspektif, bahwasannya para calon pemilu menggunakan money politic dan black campaign. Tapi kita sebagai anggota masyarakat yang bisa berpikir lebih jernih atau tidak berprasangka negative dalam pemilu, sudah selayaknya harus meminta keterangan terkait strategi dalam memenangkan pemilu dari narasumber yang telah terlibat dalam pemilihan tersebut. Sehingga tidak terjadi justifikasi yang bersifat negative.
Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber kami bernama Bapak Fahrurrozi yang selaku kepala desa Lajut, Kecamatan Praya Tengah, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB). Beliau mengungkapkan strategi yang dilakukan untuk memenangkan pemilu adalah berbaur dengan masyarakat dan menjadi bagian dalam masyarakat misalnya, dalam melakukan gotong royong pembangunan masjid seperti pada masyarakat umumnya.
Beliau juga mengatakan, pemilihan kepala desa tersebut juga tidak terlepas dari dukungan dan dorongan masyarakat untuk menjadi kepala desa, yang mana beliau mempunyai prinsip segala sesuatu yang dilakukan harus ikhlas karena berangkat dari niat.
Lanjutnya, beliau juga mengungkapkan bahwa dalam melakukan kampanye kemarin beliau tidak menggunakan politik uang atau yang dikenal dengan istilah money politic, kemengan yang didapatkan murni atas aspirasi dalam masyarkat. Adapun dana yang dihabiskan tidak terlalu banyak hanya sebagai pengganti rokok dan bensin dari kerja tim. Lebih mengagumkan lagi ialah, beliau menang murni dari ke-5 calon kepala desa dengan 1500 suara dari 4500 suara, berselisih 150 suara dari pesaing yang berada di bawahnya.
Membahas money politic beliau kurang sependapat dengan para calon pilkada yang menggunakan money politic, karena dapat merugikan masyarakat dan juga ada maunya. Melakukan kampanye dengan menggunakan money politic dapat menimbulkan peluang munculnya para koruptor. Beliau membagi masyarakat menjadi 2 golongan yaitu masyarakat yang pandai memilih dan masyarakat yang kurang pandai memilih. Disini masyarakat yang pandai memilih tergolong dalam masyarakat menengah keatas karena orang-orang tersebut lebih cerdas memilih. Sedangkan golongan yang kurang pandai memilih tergolong dalam masyarakat menengah kebawah, karena memilih atas dasar uang.
Beliau memberikan saran kepada calon-calon pemimpin sebaiknya jika mencalonkan diri atas dasar keikhlasan, murni dari niat yang baik. Jangan sampai ada money politic dan juga jangan menghalalkan segala cara untuk menang, karena dapat menghasilkan pemimpin yang kurang baik dan menimbulkan peluang bagi para calon koruptor. Dan untuk masyarakat agar pandai memilih calon pemimpin yang dapat mengayomi masyarakat dan menjadi wadah bagi penampungan aspirasi masyarakat.
Oleh karena itu tidak semua para pemilu menang menggunakan money politic, namun juga bisa menggunakan strategi jitu yang murni yaitu dengan berbaur ke dalam masyarakat dan menjadi bagian dari masyarakat itu sendiri.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar